Naskah drama pondok buruk
DRAMA KELOMPOK II
MUHADATSA
PONDOK BURUK PBA
Hiduplah sepasang suami istri yang telah tua dan renta. Mereka saling mencintai satu sama lain. Mereka memiliki dua orang anak, laki laki dan perempuan. Masing masing anak mereka telah menikah dan hidup sukses di kota. Namun kedua anak mereka tidak pernah sekalipun mengunjungi mereka. Walaupun demikian mereka tetap sabar, dan sang ayah tetap gigih untuk menafkahi istrinya. Dengan fisik yang cacat dia pergi ke pasar untuk berjualan buah demi mendapat uang untuk menyambung hidup.
Pada suatu hari, sang ayah pergi ke pasar, pada saat itu juga dia sedang menjalankan ibadah puasa. Dengan gerobak untuk menopang tubuhnya dia berjalan, dan dengan tangan dia mengayuh gerobaknya agar berjalan, seperti nelayan mendayung perahunya.
Setibanya di rumah dia disambut oleh istrinya, wanita tua yang renta namun selalu setia menemaninya.
Bapak : ini ada kue bu, bapak membelinya tadi di pasar untuk kita berbuka
Ibu : apakah bapak merasa lelah? Ibu kan sudah bilang kalau bapak lelah lebih baik batalkan saja puasanya.
Bapak : (hanya terdiam sambil tersenyum)
Ibu : apakah bapak masih tahan? (sambil mengambil kue)
Bapak : insyaallah bapak masih tahan
Setelah beberapa jam kemudian adzan pun berkumandang menandakan waktu berbuka telah tiba.
Bapak : dengar bu, adzan sudah berbunyi. Mari kita berbuka dahulu
Mereka pun membaca do’a bersama
Bapak : emmm… pahitnya kopi ini, tapi tidak masalah, ini adalah nikmat. (seketika wajah sang ayah berubah menjadi sedih, seraya berkata) sayangnya rumah ini terasa sepi tanpa anak anak bu, kira kira apa kabar mereka ya bu?
Ibu: sudahlah pak, mari kita sholat
Disisi lain anak laki laki mereka yang bernama ujang sedang menunggu istrinya pulang. Dengan hati yang sedih sambil memandang makanan di meja dia bertanya kepada pembantunya.
Ujang : Bik, apakah istriku masih belum pulang?
Pembantu : belum tuan
Ujang : apakah dia titip pesan untuk saya?
Pembantu : tidak ada tuan, hanya saja nyonya bilang ada urusan dan nyonya makan diluar
Ujang pun merasa sedih, dan dia tidak selera makan lagi. Dia pun langsung bergegas ke ruang tamu. Pembantunya langsung bertanya melihat tuannya pergi.
Pembantu : tuan tidak makan
Ujang : tidak, (jawab ujang dengan ketus)
Sembari menunggu istrinya pulang, ujang pun tertidur di sofa. Saat tidur ujang bermimpi, didalam mimpinya dia melihat ibunya sedang merintih menahan rindu kepadanya.
Ibu : nak, ini ibumu..apakah kamu sudah benar benar melupakan ibu? Apa yang sebenarnya terjadi padamu nak? Nak, kamulah anak laki laki yang paling ibu saying, kamu berjanji akan pulang membawa istrimu yang cantik itu dan memperkenalkannya pada ibu. Ibu tau istrimu adalah orang kaya, pasti kamu disana hidup bahagia kan? Ibu dan bapak bukan mau menumpang hidup denganmu, ibu dan bapak hanya ingin kamu pulang untuk menjenguk kami, kenapa kamu tak pulang nak? Apa yang terjadi padamu? Apakah kamu ingin menjadi anak durhaka nak?
Seketika ujang mengigau dan berkata
Ujang : buk, ujang bukan mau menjadi anak durhaka, ujang sangat ingin pulang, tapi ujang belum bisa membawa istri ujang ke ibu, karena istri ujang belum siap mengunjungi ibu dan bapak.
MUHADATSA
PONDOK BURUK PBA
Hiduplah sepasang suami istri yang telah tua dan renta. Mereka saling mencintai satu sama lain. Mereka memiliki dua orang anak, laki laki dan perempuan. Masing masing anak mereka telah menikah dan hidup sukses di kota. Namun kedua anak mereka tidak pernah sekalipun mengunjungi mereka. Walaupun demikian mereka tetap sabar, dan sang ayah tetap gigih untuk menafkahi istrinya. Dengan fisik yang cacat dia pergi ke pasar untuk berjualan buah demi mendapat uang untuk menyambung hidup.
Pada suatu hari, sang ayah pergi ke pasar, pada saat itu juga dia sedang menjalankan ibadah puasa. Dengan gerobak untuk menopang tubuhnya dia berjalan, dan dengan tangan dia mengayuh gerobaknya agar berjalan, seperti nelayan mendayung perahunya.
Setibanya di rumah dia disambut oleh istrinya, wanita tua yang renta namun selalu setia menemaninya.
Bapak : ini ada kue bu, bapak membelinya tadi di pasar untuk kita berbuka
Ibu : apakah bapak merasa lelah? Ibu kan sudah bilang kalau bapak lelah lebih baik batalkan saja puasanya.
Bapak : (hanya terdiam sambil tersenyum)
Ibu : apakah bapak masih tahan? (sambil mengambil kue)
Bapak : insyaallah bapak masih tahan
Setelah beberapa jam kemudian adzan pun berkumandang menandakan waktu berbuka telah tiba.
Bapak : dengar bu, adzan sudah berbunyi. Mari kita berbuka dahulu
Mereka pun membaca do’a bersama
Bapak : emmm… pahitnya kopi ini, tapi tidak masalah, ini adalah nikmat. (seketika wajah sang ayah berubah menjadi sedih, seraya berkata) sayangnya rumah ini terasa sepi tanpa anak anak bu, kira kira apa kabar mereka ya bu?
Ibu: sudahlah pak, mari kita sholat
Disisi lain anak laki laki mereka yang bernama ujang sedang menunggu istrinya pulang. Dengan hati yang sedih sambil memandang makanan di meja dia bertanya kepada pembantunya.
Ujang : Bik, apakah istriku masih belum pulang?
Pembantu : belum tuan
Ujang : apakah dia titip pesan untuk saya?
Pembantu : tidak ada tuan, hanya saja nyonya bilang ada urusan dan nyonya makan diluar
Ujang pun merasa sedih, dan dia tidak selera makan lagi. Dia pun langsung bergegas ke ruang tamu. Pembantunya langsung bertanya melihat tuannya pergi.
Pembantu : tuan tidak makan
Ujang : tidak, (jawab ujang dengan ketus)
Sembari menunggu istrinya pulang, ujang pun tertidur di sofa. Saat tidur ujang bermimpi, didalam mimpinya dia melihat ibunya sedang merintih menahan rindu kepadanya.
Ibu : nak, ini ibumu..apakah kamu sudah benar benar melupakan ibu? Apa yang sebenarnya terjadi padamu nak? Nak, kamulah anak laki laki yang paling ibu saying, kamu berjanji akan pulang membawa istrimu yang cantik itu dan memperkenalkannya pada ibu. Ibu tau istrimu adalah orang kaya, pasti kamu disana hidup bahagia kan? Ibu dan bapak bukan mau menumpang hidup denganmu, ibu dan bapak hanya ingin kamu pulang untuk menjenguk kami, kenapa kamu tak pulang nak? Apa yang terjadi padamu? Apakah kamu ingin menjadi anak durhaka nak?
Seketika ujang mengigau dan berkata
Ujang : buk, ujang bukan mau menjadi anak durhaka, ujang sangat ingin pulang, tapi ujang belum bisa membawa istri ujang ke ibu, karena istri ujang belum siap mengunjungi ibu dan bapak.
Komentar
Posting Komentar